Mesin Pencari Google

Monday, July 21, 2008

Penelitian

GRADUATE PROGRAM – NURSING SCIENCE FACULTY
INDONESIA UNIVERSITY

Thesis, July 2008

Eko Winarto

Hypnosis Effect toward the Blood Pressure decrease at Primary Hypertension Patient in Banyumas General Hospital

xiii + 136 pages + 25 tables + 4 schemas + 4 graphics+13 ensclosures

Abstract

Hypertension is known as abnormal increases of blood pressure at the arterial. Based on etiology, hypertension devided into primary and secondary hypertension. Primary hypertension is a condition when secondary cause of hypertension is not found. Non-pharmacologic therapy has to be given to all hypertension patients. Intervention of non-pharmacologic therapy interesting to be studied at primary hypertension patient is hypnosis (medical hypnosis). Hypnosis became interested to investigate because it is save, cost minimize and was supported with much study. The objective of this research is to identify hypnosis effect toward the blood pressure decrease at primary hypertension patient who were treated in outpatient service in Banyumas General Hospital. Research design applied Quasi experimental with pre-post control group, using 19 respondents at intervention group and 19 respondents at control group. Sampling technique in this research used simple random sampling. Research instrument of respondent characteristic applied questionnaire; level of anxious is measured by 100mm visual analogue scale; observation of suggestibility level employed Stanford Hypnosability Sugestibility Scale Form C ( SHSS FORM C). Blood pressure before and after intervention is measured by digital tension meter. Data was analyzed by t test and linear regression correlation analysis. Result of this research shows that systolic blood pressure was significant decreased 17.16 mmHg (p=0,001), diastolic blood pressure was significant decreased 10.21 mmHg (p=0,000), between before and after interventions with hypnosis. Age factor and diastolic blood pressure after intervention shows strong and significant relationship (r=0.736, p=0.000). Passive smoking history factor shows a significant relationship with diastolic blood pressure in intervention group (p=0,043). The result of this research is expected to be able in developing nursing care in hospital, and becomes a basic for the next nursing research related to hypnosis in the nursing area.

Key words: Primary hipertension, anti-hypertension pharmacologic therapy, hypnosis, blood pressure

References 57 (1988 – 2008)

Friday, November 23, 2007

MEMAHAMI KEPUASAN PELAYANAN DARI PERSPEKTIF PASIEN

Pasien adalah seseorang yang datang kepada kita akibat masalah kesehatan yang dialaminya. Sudah menjadi kewajiban kita untuk memberikan pelayanan secara homistik, menghormati pasien sebagai individu yang unik, merupakan kesatuan yang integral dari bio-psiko-sosial dan kultural.

Kondisi sakit bagi pasien dapat menjadi sebuah perubahan hidup yang besar dan berarti. Kerusakan fisik, perubahan figur, kehilangan fungsi tubuh, dan perubahan personal higiene dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan, akan menuntut perhatian yang banyak pada kualitas perawatan dimasa ini dan yang akan datang. Hal ini penting dibahas keterkaitannya untuk memfasilitasi adaptasi pasien pada kehidupan barunya dengan kondisi sakitnya, terutama penyakit kronis dan kecacatan. Secara rinci informasi harus dijelaskan secara lisan dan tulisan pada saat sebelum dan setelah diagnosa, yang menjelaskan bagaimana untuk hidup dengan kondisinya, apa yang harus dilakukan, bagaimana mengatur aktifitas diwaktu senggang, diet, penanganan keterbatasan, termasuk bagaimana aktifitas seksual seharusnya dilakukan.
Persson dan Larsson, 2004. menggunakan pendekatan grounded teori dengan metode analisa kualitatif, membangun sebuah model teori kualitas perawatan dari perspektif pasien. Model ini dibangun dengan pemikiran bahwa persepsi pasien tentang apa yang membentuk kualitas perawatan dibentuk oleh pengalaman mereka atas struktur perawatan yang telah ada dan oleh sistem norma, harapan, dan pengalaman mereka sendiri. Dalam model ini, kualitas perawatan dipahami dalam 2 struktur yang jelas dari organisasi perawatan yang intinya hubungan manusia sebanding dengan aspek fisik, administratif dan kualitas lingkungan pelayanan kesehatan. Pandangan pasien mengandung aspek rasional dan aspek kemanusiaan.

Dengan kerangka ini persepsi pasien terhadap kualitas perawatan dapat terkait dengan 4 dimensi: kompetensi teknis medis dari pemberi pelayanan, tingkat orientasi identitas dalam sikap dan tindakan pemberi pelayanan, kondisi teknis fisik dari organisasi pelayanan, atmosfer sosiokultural dari organisasi keperawatan.

Persepsi pasien terhadap kompetensi teknis medis dapat dikaji untuk menunjukan 2 faktor yang mengikuti: Physical caring dan medical care.
Persepsi pasien terhadap kondisi teknis fisik dapat dikaji untuk menunjukan 3 faktor yang mengikuti: kepentingan personal, peralatan perawatan, dan karakteristik ruang perawatan.

Persepsi pasien terhadap pendekatan orientasi identitas dapat dikaji untuk menunjukan 8 faktor yang mengikuti: menjadi personal(penghormatan sebagai individu), perhatian terhadap situasi psikologis, simpati, perhatian terhadap pandangan hidup pasien, partisipasi, penyiapan mental, percaya dan memahami, komitmen.

Persepsi pasien terhadap atmosfer sosiokultural dapat dikaji untuk menunjukan 4 faktor yang mengikuti: lingkungan yang “secluded” tidak diarahkan pada rutinitas, pengobatan positif dari orang yang berarti bagi pasien, pekerjaan yang berarti, atmosfer umum seperti situasi perawatan yang diorganisasikan secara efisien.

Dengan pemahaman terhadap persepsi pasien akan kualitas pelayanan, penyedia jasa tidak akan menempatkan pandangan dalam satu sisi yang dianggap telah mampu memberikan kepuasaan. Disisi lain masih sangat dimungkinkan, apa yang menjadi keyakinan pemberi pelayanan kesehatan ternyata masih belum melihat keunikan dari pasien dan kultur masyarakat disekitarnya. Menjadi institusi yang terbuka dalam menerima kritik, multak diperlukan untuk kualitas pelayanan dan kepuasan pasien.